Free Tail- Heart 2 Cursors at www.totallyfreecursors.com

Senin, 15 Oktober 2012

(softskill b.indonesia)


Bahasa Indonesia, Asing di Rumah Sendiri
Sobat, masih ingatkah dengan isi dari Sumpah Pemuda pada 28 oktober 1928? Yang antara lain mengikrarkan bahwa Bahasa Indonesia sebagai Bahasa persatuan. Yang menyatukan seluruh komunikasi semua suku bangsa di nusantara dengan adanya satu bahasa yang dimengerti bersama. Namun masihkah Bahasa Indonesia dicintai oleh bangsanya sendiri? Ironisnya, remaja jaman sekarang merasa jauh lebih keren jika pandai cas cis cus dalam Bahasa Inggris ketimbang melafalkan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Hal ini tak lepas dari peran berbagai lembaga pendidikan maupun lembaga ketenagakerjaan (baca:lowongan kerja) yang mensyaratkan bahasa inggris sebagai kemampuan dasar, sehingga bahasa Indonesia semakin terkikis dengan adanya bahasa inggris. Menguasai bahasa Inggris sudah menjadi syarat mutlak bukan hanya dalam ranah dunia kerja tapi juga ranah pendidikan. Adanya TOEFL sebagai syarat kelulusan, mengakibatkan lembaga kursus bahasa dari kampung halaman Ratu Elizabeth ini tumbuh subur bak cendawan di musim hujan. Menguasai bahasa internasional memanglah di perlukan, namun tak berarti menggeser bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan.
Dalam keseharian pun, bahasa  Indonesia sudah terkontaminasi oleh bahasa gaul dan bahasa alay yang diciptakan oleh kalangan muda sendiri. Penggunaaan ‘aku-kamu’ yang telah terganti dengan ‘loe-gue’, atau ‘ibu-bapak’ yang di ganti menjadi ‘bokap-nyokap’. Bahkan pelajaran Bahasa Indonesia yang sering di pandang sebelah mata karena menganggapnya sebagai ilmu ladunni tersebab telah mempelajarinya sejak kecil juga membawa masalah tersendiri di kalangan para pelajar.
Bahasa Indonesia, yang kita kenal saat ini lahir dari rumpun bahasa melayu, dan kemudian dijadikan bahasa nasional. Bahasa Indonesia tak semudah pengucapannya dalam kehidupan sehari-hari, teori dan kaidah kebahasaan yang baku selalu di tuntut dalam penulisan karya ilmiah, bahkan fiksi sekalipun. Namun minimnya pengetahuan dan abainya generasi masa sekarang terhadap kaidah kebahasaan yang berlaku membuat banyak penggunaan bahasa Indonesia yang salah kaprah. Bahkan seorang yang berprofesi penulis pun harus belajar menggunakan kaidah kebahasaan yang benar agar tulisannya tak tertolak. Namun dengan adanya jenis tulisan pelit ( Personal Literature) membuat aturan berbahasa menempati nomer kedua di bandingkan isi tulisan. Adanya blog keroyokan seperti kompasiana seharusnya dapat membuat warga Indonesia lebih banyak belajar menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar.
Adanya Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928 silam, adalah untuk mempersatukan salah satu alat komunikasi yang paling penting dalam hubungan antarmanusia, antar daerah dan antar budaya. Sungguh amat di sayangkan bila kemudian bangsa Indonesia lebih mementingkan belajar bahasa asing demi persaingan di kancah global tanpa mendalami Bahasa Indonesia yang merupakan identitas kita sebagai Bangsa Indonesia.
Gagap dalam menulis karya ilmiah sering terjadi pada mahasiswa yang sedang menjalani jenjang S1 dengan menulis skripsi atau tesis bagi jenjang S2. Karena menganggap Bahasa Indonesia adalah Bahasa yang di ucapkan sehari-hari maka tak berminat mendalami sebab merasa bahwa Bahasa Indonesia adalah ilmu ladunni. Terbukti mereka lebih nyaman menulis essay atau karya tulis dalam Bahasa Inggris di banding Bahasa Indonesia. Karena terkadang mereka tak bisa menemukan ungkapan yang tepat dalam Bahasa Indonesia sebab lebih sering mendengar ungkapan dalam Bahasa Inggris.
Gempuran berbagai bahasa asing seiring perkembangan budaya dan tren juga mempengaruhi kepopuleran bahasa kita. Dari waktu ke waktu, budaya luar masuk mempengaruhi budaya kita termasuk dalam hal bahasa. Seperti K-Pop yang sedang marak saat ini membuat para penggila artis Korea itu beramai-ramai mempelajari bahasa korea. Itulah, Bahasa Indonesia telah menjadi asing di rumah sendiri. Sedangkan Bahasa Inggris telah menjadi bahasa asing yang sudah tak asing lagi di negeri ini.  Lalu, masihkah kita mencintai bahasa ini? Bahasa yang di cetuskan demi persatuan semua suku bangsa di seluruh nusantara. Masihkah kita mencintainya? Akankah di masa depan Bahasa Indonesia hanya ada dalam percakapan dan menghilang dalam tulisan karena di dominasi oleh bahasa asing?
Mari kita renungkan bersama.


Pendapat saya :
Remaja diindonesia saat ini jauh lebih banyak yang menggunakan bahasa gaul daripada bahasa indonesia yang baku dan yang benar. Hal ini terjadi karena ada beberapa faktor yang mendominasinya. Yang pertama, hal ini tejadi dikarenakan gempuran bahasa-bahasa gaul ataupun asing yang masuk kedalam pergaulan remaja jaman sekarang yang agak susah untuk meredamnya. Yang kedua, bahasa-bahasa asing atau gaul itu lebih mudah untuk dicerna dan dipakai (simpel) untuk bahasa sehari-hari. Maka anak-anak remaja sekarang lebih suka menggunakan bahasa-bahasa asing atau gaul itu. Seharusnya mereka diperkenalkan lebih dalam lagi akan bahasa indonesia tersebut dimulai sejak dini.

Susah untuk bahasa-bahasa tersebut dihilangkan dari pergaulan remaja jaman sekarang, tapi ada cara untuk mengatasinya. Yang pertama, kita harus tahu terlebih dahulu kapan bahasa-bahasa gaul itu akan dipakai atau tidak. Yang kedua, kita harus tahu terlebih dahulu akan dipakai dengan siapa bahasa tersebut (jika ke yang lebih tua sebaiknya jangan dipergunakan bahasa tersebut). Yang intinya sih kita harus tahu situasi dan kondisi, kapan dan dimana bahasa-bahasa tersebut dipergunakan. Maka dari itu lebih baik kita mengajarkan kepada anak cucu kita menggunakan bahasa indonesia yang baik dan benar sebelum bahasa indonesia itu benar punah (tidak dipakai lagi oleh bangsa kita sendiri).
Nama : Lusi Sulistyarini
Kelas : 3 KA31
Npm : 14110096


Tidak ada komentar:

Posting Komentar