Free Tail- Heart 2 Cursors at www.totallyfreecursors.com

Rabu, 16 Februari 2011

3 buah tulisan umum (part 1)


            Banyaknya sinetron di televisi yang menampilkan seorang selebriti muda yang memerankan bagaimana seorang yang dewasa berprilaku dan cara berpikir berhasil membius penontonnya untuk melakukan hal yang sama. Terlihat dengan banyaknya anak remaja bahkan yang masih di bawah umur sekalipun untuk bergaya layaknya orang dewasa.  Cara berbicara bahkan tingkah lakunya. Padahal anak-anak sebaiknya tetap melakonkan kehidupan anak-anak sebagaimana mestinya tanpa harus berubah karena media. Bahkan cerita seputar perkawinan yang dialami oleh anak remaja yang masih sekolah juga mewarnai dunia sinetron di Indonesia membuat munculnya fenomena baru di masyarakat yang seakan meniru hal tersebut. Kawin muda, dengan konteks kali ini adalah kawin pada usia yang masih dini alias remaja atau yang berkisar di antara 15-20 tahun. Memang, menikah dalam usia seperti itu tidak dilarang oleh siapapun sehingga membuat siapapun berhak melakukannya. Namun dalam kenyataannya, apakah si remaja dapat menerima keadaannya setelah menikah nanti? Hal itu tentunya menjadi pertanyaan besar buat kita.
            Siti Chairani Nasution, S.Sos, seorang sosiolog yang aktif sebagai koordinator program remaja di Centra Mitra Remaja (CMR), menanggapi hal ini sebagai suatu yang wajar. Namun kembali pada motivasi si remaja itu apa untuk menikah muda. Banyak hal yang mempengaruhi remaja melakukan hal itu. Misalnya, adanya tren perjodohan di kalangan orang tua. Hal ini biasanya terjadi pada masyarakat kalangan ekonomi ke atas yang ingin anaknya menikah dengan orang yang sederajat dengan keluarganya. Penyebab lainnya, bisa juga karena si anak merasa dirinya udah sanggup dan mapan untuk menikah atau bisa juga menikah muda adalah hal yang dicita-citakan seorang remaja agar kelak ia punya anak dan usia anaknya tidak terpaut jauh dengannya. Hal yang paling sering terjadi belakangan ini adalah justru karena Married By Accident (MBA), suatu istilah yang muncul di masyarakat yang berarti remaja menikah karena sudah terlanjur melakukan hubungan seks yang mengakibatkan kehamilan pada pihak perempuan dan mewajibkan pertanggungjawaban dari pihak laki-laki. Ck..ck..
            Sebenarnya menikah dalam usia muda atau berada di usia di bawah 20 tahun itu bukanlah permasalahan yang besar, apalagi ia telah lulus bangku sekolah. Seorang remaja yang telah lulus bangku sekolah menengah dapat dibilang cukup mapan untuk menjalani suatu pernikahan karena biasanya usia segitu telah diberi kebebasan untuk menentukan jalan hidup oleh orang tuanya. Apakah ia akan lanjut ke perkuliahan atau malah bekerja untuk segera ke jenjang perkawinan. Sebenarnya yang menjadi pertentangan terletak pada usia segitu muda yang di masyarakat masih dianggap belum pantas membina rumah tangga mengingat kedewasaan dan pola pikir yang masih labil. Selain itu, kemapanan dalam ekonomi juga menjadi bahan pertimbangan sehingga semakin mempersulit mereka untuk melaksanakan tanggung jawab yang harus dipenuhinya. Proses pencarian identitas dan konsep diri akan semakin mempersulit keadaan itu. Biasanya mereka masih bisa kongkow-kongkow dengan temannya, saat ini malah harus memikirkan hal yang seharusnya belum mereka pikirkan. Menikah berarti siap untuk menjalani rumah tangga baru. Dan ternyata itu nggak gampang karena begitu banyak yang harus dipersiapkan.
            Untuk remaja yang mungkin duduk di bangku kuliah apalagi yang udah bekerja, menikah bisa saja menjadi target mereka kemudian. Karena mereka berpikiran, bahwa yang mereka lakukan saat ini adalah untuk memenuhi kebutuhan saat udah menikah. Lha, kalo masih sekolah aja udah buru-buru nikah, mau dapat dana dari mana? Sementara untuk memenuhi kebutuhan sekolah aja kita masih perlu subsidi orang tua. “Menikah itu ibadah buat siapa aja yang menjalaninya yang merupakan hak setiap manusia. Emang sih menikah itu nggak gampang tapi nggak usah dipersulit dengan keadaan yang nggak seharusnya terjadi, yang penting jalani semua kewajiban dan tanggung jawab kita, itu aja kuncinya. Dijamin kita bakalan survive kok,” ungkap Rani, sapaan akrabnya.

Sumber :
www.waspadaonline.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar